Selasa, 08 Mei 2012

Pemanfaatan Teknologi Satelit Bantu Lindungi Satwa Laut







Kemajuan teknologi ternyata bukan hanya menjawab kebutuhan manusia sehari-hari, tetapi juga sangat membantu pekerja dan lembaga konservasi dalam melindungi satwa. Teknologi pemantauan melalui satelit sangat tepat digunakan untuk memantau pergerakan satwa-satwa bermigrasi, untuk satwa darat, dan terutama satwa laut yang sulit diamati pergerakannya dari permukaan.

Program Kelautan WWF-Indonesia menggunakan teknologi pemantauan melalui satelit (satellite tagging) saat ini untuk tiga spesies penting: penyu, hiu paus, dan ikan tuna, yang merupakan spesies penting (flagship species) untuk kawasan Kepala Burung Papua, Teluk Cenderawasih, dan perikanan Indonesia secara umum. Data yang dihasilkan dari pemantauan satelit tersebut, selain memberikan gambaran lebih lengkap mengenai spesies itu sendiri, juga memberikan informasi penting bagi habitat dan lokasi yang menjadi perlintasan maupun persinggahan spesies-spesies tersebut, tentunya pengungkapan lokasi dan jalur tersebut akan mengahdirkan informasi bagi penyusunan strategi kerja konservasi, termasuk di dalamnya untuk pengelolaan kawasan konservasi atau kawasan perlindungan.


Contoh jalur migrasi yang dimunculkan oleh Hiu Paus selama 2 minggu pemantauan
Spoiler for :


Kegiatan pemantauan melalui satelit bukan sesuatu yang baru, melainkan metode yang umum digunakan oleh peneliti dan ilmuwan dunia untuk memperoleh data. Contohnya, pemantauan melalui satelit untuk hiu putih raksasa, untuk mendeteksi pergerakannya dalam rangka mitigasi (menghindari) potensi konflik dengan manusia.
Quote:
Mengintai Sang Duta Kelautan

Indonesia memiliki 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia, termasuk jenis penyu terbesar dan terlangka yaitu penyu belimbing (Dermocelys coriacea). Penyu dapat ditemukan di hampir seluruh perairan Indonesia, demikian pula lokasi-lokasi penelurannya. Dengan pemantauan satelit, para ilmuwan di WWF mengetahui jalur migrasi, pola pergerakan dan habitat-habitat yang penting untuk penyu.

Spoiler for penerapan Teknologi untuk lindungi satwa:


Salah satu jenis penanda satelit sebelum dipasang.


Penyu belimbing yang telah ditandai bergegas menuju ke laut bebas untuk memberikan informasi berharga.

WWF melakukan pemantauan satelit untuk penyu belimbing yang bertelur di pantai Jamursbamedi, penyu hijau yang bertelur di pulau Derawan, dan penyu lekang di pantai Alas Purwo, dan beberapa lokasi lainnya. Data yang terkumpul menunjukkan hubungan antara perairan Kepala Burung Papua dengan perairan selatan Papua di Kaimana, laut Aru, dan pantai barat Amerika Serikat. Juga ada hubungan antara perairan Kepulauan Derawan dengan laut Sulu, laut Sulawesi, dan pantai barat Kalimantan. Sementara pantai selatan Jawa Timur ternyata dihubungkan oleh penyu dengan pesisir barat Australia.


Berenang Bersama Raksasa Jinak

Pemantauan satelit untuk hiu paus (Rhincodon typus) baru mulai dilakukan sekitar tahun 2011 oleh para ilmuwan WWF yang bekerja sama dengan Balai Besar TNTC serta masyarakat di Teluk Cenderawasih. Data yang terkumpul masih sedikit, namun jika disandingkan dengan data dari pemantauan visual yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa seluruh kawasan TNTC adalah habitat penting untuk hiu paus.

Spoiler for penerapan Teknologi untuk lindungi satwa:
Quote:

Pemasangan penanda menggunakan senapan tancap yang dilakukan dibagian yang tidak melukai satwa.


Tagging telah terpasang dengan baik yang segera mengirimkan informasi penting. Dalam periode waktu tertentu, penanda akan terlepas dengan otomatis.

Hiu paus bisa ditemukan di seluruh perairan Indonesia, namun pemantauan yang akurat berhasil mengidentifikasi bahwa Teluk Cenderawasih memiliki populasi hiu paus terbesar dan merupakan habitat penting sehingga perlu dilindungi dan dikelola dengan baik. Hiu paus ditemukan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 individu, umumnya pada masa peralihan musim dari musim angin Barat ke angin Timur atau sebaliknya.

Data dari pemantauan bisa digunakan oleh sektor pariwisata, untuk membantu mempromosikan kawasan Teluk Cenderawasih dan menawarkan atraksi yang tepat untuk pengunjung.

Mengikuti Si Perenang Cepat

Perairan Indonesia juga merupakan habitat penting bagi tuna, ikan bernilai ekonomi tinggi yang memberi pemasukan besar bagi devisa Indonesia. Nelayan tuna di Indonesia jumlahnya sangat banyak, baik nelayan tradisional maupun skala industri dengan kapal-kapal rawai dan purse seine. Fakta bahwa semakin dikit jumlah tangkapan dan semakin jauh area penangkapan mendorong WWF melakukan pemantauan perilaku dan habitat tuna.

Spoiler for penerapan Teknologi untuk lindungi satwa:


Salah satu jenis penanda untuk ikan tuna jenis pop-up-tag. Bentuk terpasang hampir mirip dengan penandaan pada hiu paus


Bentuk lain penandaan tuna non satelit. Jenis ini mengharuskan ikan tertangkap kembali agar asal mula tempat penandaan dapat diketahui.

Satellite tag dipasang pada tuna ekor kuning (yellow fin / Thunnus albacares) ukuran dewasa yang ditangkap di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dengan bantuan nelayan tradisional yang menangkapnya dengan pancing ulur (handline). Pemasangan pemancar dilakukan oleh ilmuwan WWF, ahli spesies laut, dan Balai Taman Nasional Wakatobi.

Data yang terkumpul akan menunjukkan pola migrasi tuna dan habitat ekologis penting lainnya seperti lokasi pemijahannya (berkembang biak). Dengan pengetahuan tersebut, upaya konservasi dapat difokuskan pada habitat-habitat yang memiliki nilai ekologis penting, sehingga penjagaan jumlah populasi tuna agar mencukupi kebutuhan konsumsi dapat berlangsung efektif dan efisien.





sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=14276086






Pemanfaatan Teknologi Satelit Bantu Lindungi Satwa Laut
diterbitkan oleh : http://www.kaskuser.tk

KOTAK KOMENTAR



Baca Juga Artikel Menarik Lainnya