Senin, 07 Mei 2012

Kisah sukses pelatih tak berpengalaman | Antonio Conte, Refleksi Kesuksesan Pelatih Muda





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVGYqhqMUO3EM6a4exQFzhC51TUDfv44c1i3zxHJtCatf5BIOc5rh5A-XNcOsEq_E5ywfZeWLv2VW3QSKRIaGSIovnETX-1nXYFGWdMjPHvI7Af_-CtE4rF6JESGqJSmMaHRaCwoTgWGtR/s1600/antonio-conte.jpg




Apapun yang dapat dilakukan Massimiliano Allegri dan AC Milan, dapat pula dilakukan Antonio Conte dan Juventus dengan baik, dan itu dilakukan Conte yang setahun lebih muda daripada pelatih Milan.

Setahun silam, Allegri memimpin Milan ke gelar Liga Italia perdana mereka dalam tujuh tahun pada musim pertamanya di klub tersebut, dan saat itu ia baru berusia 43 tahun.

Semusim kemudian, Conte menyamai pencapaian itu dengan membawa Juve ke gelar perdana mereka sejak 2003, pada musim debutnya melatih 'Si Nyonya Tua dari Turin', dan ia berusia setahun lebih muda daripada Allegri.

Saat ini sedang terjadi tren seperti terlihat di klub-klub terbesar dan populer di Italia, di mana mereka menyingkirkan pelatih-pelatih tua dan memberi kepercayaan kepada pelatih-pelatih muda, enerjik, dan dinamis.

Inter Milan mungkin tidak memenangi apapun musim ini, namun mereka telah melakukan hal ekstrim, dengan merekrut Andrea Stramacciono sebagai pelatih. Stramaccioni masih berusia 36 tahun, sehingga ia bahkan lebih muda dari beberapa pemain Inter.

Dan kini kepercayaan pada pelatih muda telah membuahkan hasil, di mana Milan dan Juve memetik gelar juara pada dua musim terakhir. Milan membiarkan Carlo Ancelotti pergi ke Chelsea, dan ketika beberapa hal tidak berjalan baik di bawah kepemimpinan Leonardo, setahun kemudian Allegri membayar harapan yang terlihat saat ia melatih Cagliari selama dua tahun, menjadi bukti nyata.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgid9CPRtCsiW-xBiKf0uCn0QC3dbi300hU9YAVqaN43s8DHXBWgBXU5PH0zYSzeWIVxnHSFffjE7VsSkkn8hGq4AFdLqsPpWdSXfDiCJKK572GUUxg3yIrO-xjSEfap-PW_qh4i5cmpy1L/s1600/4.jpg



Kini Conte telah melakukan hal serupa, setelah menggantikan sosok pelatih tua lainnya, Luigi Delneri. Pencapaian Conte tidak dapat dilebih-lebihkan, meski ia tidak memiliki sumber daya pemain yang sangat melimpah.

Merupakan kenyataan bahwa Juve adalah raksasa tradisional, klub yang paling banyak didukung di Italia, dan mereka telah menghabiskan banyak dana untuk membawa kembali kesuksesan bagi klub yang sempat mendapat hukuman berat karena terlibat skandal Calciopoli pada 2006.

Terdegradasi karena masalah pengaturan pertandingan, mereka harus menerima kepergian bintang-bintang seperti Zlatan Ibrahimovich, Fabio Cannvaro, dan Patrick Vieira yang lebih memilih pindah ke klub lain daripada harus menghabiskan semusim di Serie B.

Mereka menghabiskan banyak uang untuk membangun kembali tim pada kesempatan pertama, namun kucuran uang yang telah dikeluarkan tidak menjamin kesuksesan apapun.

Sejak kembali ke divisi teratas, Juve memiliki empat pelatih yang berbeda dalam empat musim, sebelum merekrut mantan kapten dan jenderal lapangan tengah mereka, Conte.

Dan di saat tidak diragukan lagi bahwa dua musim sebelumnya dilalui Juve dengan sangat buruk, di mana pengeluaran mereka tidak sebanding dengan prestasi yang diraih, kesuksesan yang dicapai Conte merupakan anomali yang dikalibrasi.

Di saat banyak uang dikucurkan untuk membeli pemain-pemain seperti Diego, Amauri, dan Felipe Melo, yang tidak memberi dampak besar untuk mengimbangi besarnya biaya transfer dan gaji mereka, Conte berhasil mengeluarkan potensi terbaik di timnya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwOH_zKcu5QbsgaHGgy_RsgXEfJgRSoKbCVnSPdNAxVCDo9y54EvQc4pWI66I0Hvfq4ode97tj5T_Rrdp_rda65kx58SHKBzKFl6_4gMbLs5PhuQhYplG5tNmI13DzfOWh5s677DPUPb8n/s1600/Antonio_Conte_7.jpg


Saat ini Juve dihuni oleh sedikit pemain internasional Italia dan pemain starter di timnas lain, namun Conte mampu memadukan mereka. Dan hal itu dilakukan Conte dengan pengalaman di Serie A yang lebih sedikit daripada Allegri.

Sang pelatih Milan menghabiskan dua musim di Cagliari sebelum pindah ke klub Merah-Hitam, namun pengalaman Conte di kompetisi papan atas hanya saat ia menjalani tiga setengah bulan yang tidak sukses di Atalanta.

Bagaimanapun, ia telah memperlihatkan kemampuannya saat memberi gelar juara Serie B untuk Bari pada 2009, dan memimpin Siena promosi ke Serie A dua musim kemudian. Selain memperlihatkan bahwa ia mampu membangun tim juara, Conte juga mempertontonkan kehebatannya dalam memotivasi pemain.

Motivasi telah menjadi bagian penting dari aksi Conte, dan saat melihat ia melompat dan berjongkok di garis lapangan, pembuluh darah yang menonjol dari lehernya, wajahnya memerah dan mulutnya terbuka lebar untuk berteriak, anda dapat bagaimana arti pekerjaan dan kesuksesan untuk dirinya.

Conte benar-benar merupakan sosok yang diperlukan Juventus, putra klub ini, yang selama 13 tahun menjadi pemain terlibat dalam salah satu periode terhebat dalam sejarah klub ini.

Ia meminta para pemain untuk mengingat untuk siapa mereka bermain dan apa yang diharapkan dari mereka, mungkin hal itu dipakainya karena ia tidak lupa apa artinya bermain untuk klub terbesar dan terhebat di Italia.

Ini merupakan kasus bahwa pelatih yang minim pengalaman dan masih berusia muda dapat pula meraih kesuksesan, di mana Conte mampu menyuntikkan dorongan dan hasrat baru yang telah membantu Juve mengklaim kembali kejayaan masa lampau mereka.




sumber :http://id.olahraga.yahoo.com/news/antonio-conte-refleksi-kesuksesan-pelatih-muda-114847933--sow.html






Kisah sukses pelatih tak berpengalaman | Antonio Conte, Refleksi Kesuksesan Pelatih Muda
diterbitkan oleh : http://www.kaskuser.tk

KOTAK KOMENTAR



Baca Juga Artikel Menarik Lainnya